Dokumenter Taman Bacaan Anak Lebah di Wakatobi

By Nico Wijaya - May 08, 2013



Film ini diambil medio Juni 2012. Mengikuti rombongan teman-teman Taman Bacaan Anak Lebah(TBAL) yang berkunjung ke TBAL Wakatobi. Menceritakan singkat mengenai bagaimana TBAL Wakatobi bisa berdiri secara swadaya. Apa saja alasannya dan seperti apa harapannya untuk memajukan pendidikan di sekitar TBAL Wakatobi.


Pada awalnya, tidak ada rencana untuk merekamnya dalam film, hanya dokumentasi foto saja. Hingga akhirnya suatu malam sehabis makan malam bersama, menikmati ikan bakar dan kasuami, saya berinisitif untuk merekamnya dengan batterai dan memori yang tersisa.

Di dalam dokumenter ini, terdapat footage yang sebisa mungkin untuk saya dapatkan gambarnya. Profll Bang Tonang sebagai keturunan suku bajo yang pandai menyelam tanpa menggunakan alat bantu selam. Untuk mengambil footage di dalam airnya, saya pun ikut menyelam sembari menahan nafas saya. Durasi tidak begitu lama, karena memang saya tidak lihai menahan nafas berlama-lama di dalam air. Kondisi ombak dan arus perairan wakatobi yang waktu itu cukup kencang, membuat saya harus memikirkan keselamatan diri sendiri.

Di bagian akhir, saya sisipkan sosok anak kecil kampung bajo yang dengan polosnya ternyata ia bisa menghapal Pancasila. Kala itu, ketika mendengarnya, saya terenyuh. Di Indonesia Timur, di perkampungan di pinggir laut dengan akses yang tidak mudah, saya diingatkan kembali dengan sila-sila dasar negara Indonesia oleh seorang anak kecil yang baru berumur beberapa tahun.

Terimakasih kepada mbak Vera Makki dan Dhani Sidhancrut yang sudah berkenan mengajak saya.

Bagi teman-teman yang ingin berpartisipasi dalam Taman Bacaan Anak Lebah, bisa mengunjungi websitenya ‪http://www.tamanbacaananaklebah.com ‬. Twitter: ‪@lebahbooks‬ FB: Taman Bacaan Anak Lebah Email: lebahbooks@gmail.com.

Detail perjalanan dan foto-foto bisa dibaca di websitenya : ‪http://tamanbacaananaklebah.com/?p=458‬

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. bagus juga ya...bnyak inspirasi didalam dokumenternya...

    ReplyDelete