Ada banyak cara untuk memperingati kemerdekaan Republik Indonesia. Mulai dari upacara bendera hingga lomba antar warga. Tujuh Belasan kemarin saya lalui berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada Tujuh Belasan kemarin, saya merasakan arti dari kemerdekaan yang diperjuangkan oleh pendahulu kita.
Menginjakkan kaki di Bromo. Itu adalah tujuan saya melakukan perjalanan dari Jogja. Selain karena family gathering(istilahnya sudah bukan kopdar lagi) dengan Mas Iman, Zam, Siwi dan Angki. Mencoba melihat ujung lain dari negara Republik Indonesia yang memiliki alam nan indah.
Perjalanan pun dimulai dari Jogja, seorang diri, karena teman-teman Cah Andong memiliki kesibukan lain. Saya habiskan malam diperjalanan menuju Surabaya dan paginya dijemput oleh Angki di terminal Bungur Asih.
Surabaya kota yang sibuk. Berbeda sekali dengan Jogja yang ritmenya sungguh melenakan. Selama di Surabaya, pagi itu, saya merekam aktifitas warga Surabaya. Bagian dari Kota Pahlawan. Menyusuri bersama Siwi dan Angki diperkampungan Mahasiswa ITS hanya untuk mencari sarapan pagi sebelum beranjak ke Malang.
Mas Iman dan Zam telah menunggu di Malang. Bersama-sama menuju alun-alun kota untuk melihat jantung kota Malang, sembari menentukan tempat kopi darat bersama Blogger Ngalam. Kopi darat nan hangat pun berlangsung, saya berjumpa dengan sesama klan Wijaya, aLe, Cak Slamet, Gum, Nazieb dan Fifi. Sebuah keramahan dari bagian warga Malang.
Dingin yang menusuk membuat saya mengigil sepanjang pagi buta di Penanjakan Bromo. Wisatawan asing dan domestik berkumpul di satu spot. Berdesakan menghalau dingin sembari menanti matahari terbit. Bersama-sama, Saya pun mengikuti mas Iman melewati pagar pembatas. Untuk mendapatkan view yang lebih luas. Di sinilah, rasa bangga saya sebagai warga Indonesia tergugah. Indonesia dengan alam yang cantik. Kemerdekaan yang diraih tak sia-sia. Saya melihat berbagai orang dari manapun bebas berkumpul, dan berwisata di sini. Di Bumi Indonesia.
Perjalanan pun belum berakhir, setelah menjejakkan kaki di Kawah Bromo, kami menuju Surabaya. Menghabiskan malam dengan kopdar bersama teman-teman komunitas Blogger Surabaya, ada Cempluk, Arul, Kucluk dan *lucky me:D* Anangku. Setelah sebelumnya menyempatkan untuk memasuki Monumen Kapal Selam. Melihat dari dalam kapal selam Pasopati buatan Rusia itu yang memiliki andil dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di masanya.
Perjalanan singkat inipun berakhir. Banyak hal yang saya dapatkan. Tapi yang utama, adalah persaudaraan. Saya pun tak menolak ajakan mas Iman untuk jeng-jeng selanjutnya entah itu ke Palembang, Padang atau pun daerah lainnya. Mungkin dengan perjalanan ini dan perjalanan-perjalanan lainnya, saya bisa menambah banyak teman dan saudara. Paling tidak, mengenal sesama anak bangsa.
Makasih untuk mas iman, zam, siwi, angki serta teman-teman blogger Ngalam dan TPC. Moga-moga ketemu lagi dilain waktu. okokokok…..
Yang terkait:
Titian Muhibah JawaTimuran oleh Mas Iman
Jeng-jeng Bromo oleh Zam
Kick Bromo oleh Raden Mas Angki Bukaningrat
Meet and Greet oleh Anangku
nicowijaya flickr
Menginjakkan kaki di Bromo. Itu adalah tujuan saya melakukan perjalanan dari Jogja. Selain karena family gathering(istilahnya sudah bukan kopdar lagi) dengan Mas Iman, Zam, Siwi dan Angki. Mencoba melihat ujung lain dari negara Republik Indonesia yang memiliki alam nan indah.
Perjalanan pun dimulai dari Jogja, seorang diri, karena teman-teman Cah Andong memiliki kesibukan lain. Saya habiskan malam diperjalanan menuju Surabaya dan paginya dijemput oleh Angki di terminal Bungur Asih.
Surabaya kota yang sibuk. Berbeda sekali dengan Jogja yang ritmenya sungguh melenakan. Selama di Surabaya, pagi itu, saya merekam aktifitas warga Surabaya. Bagian dari Kota Pahlawan. Menyusuri bersama Siwi dan Angki diperkampungan Mahasiswa ITS hanya untuk mencari sarapan pagi sebelum beranjak ke Malang.
Mas Iman dan Zam telah menunggu di Malang. Bersama-sama menuju alun-alun kota untuk melihat jantung kota Malang, sembari menentukan tempat kopi darat bersama Blogger Ngalam. Kopi darat nan hangat pun berlangsung, saya berjumpa dengan sesama klan Wijaya, aLe, Cak Slamet, Gum, Nazieb dan Fifi. Sebuah keramahan dari bagian warga Malang.
Dingin yang menusuk membuat saya mengigil sepanjang pagi buta di Penanjakan Bromo. Wisatawan asing dan domestik berkumpul di satu spot. Berdesakan menghalau dingin sembari menanti matahari terbit. Bersama-sama, Saya pun mengikuti mas Iman melewati pagar pembatas. Untuk mendapatkan view yang lebih luas. Di sinilah, rasa bangga saya sebagai warga Indonesia tergugah. Indonesia dengan alam yang cantik. Kemerdekaan yang diraih tak sia-sia. Saya melihat berbagai orang dari manapun bebas berkumpul, dan berwisata di sini. Di Bumi Indonesia.
Perjalanan pun belum berakhir, setelah menjejakkan kaki di Kawah Bromo, kami menuju Surabaya. Menghabiskan malam dengan kopdar bersama teman-teman komunitas Blogger Surabaya, ada Cempluk, Arul, Kucluk dan *lucky me:D* Anangku. Setelah sebelumnya menyempatkan untuk memasuki Monumen Kapal Selam. Melihat dari dalam kapal selam Pasopati buatan Rusia itu yang memiliki andil dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di masanya.
Perjalanan singkat inipun berakhir. Banyak hal yang saya dapatkan. Tapi yang utama, adalah persaudaraan. Saya pun tak menolak ajakan mas Iman untuk jeng-jeng selanjutnya entah itu ke Palembang, Padang atau pun daerah lainnya. Mungkin dengan perjalanan ini dan perjalanan-perjalanan lainnya, saya bisa menambah banyak teman dan saudara. Paling tidak, mengenal sesama anak bangsa.
Makasih untuk mas iman, zam, siwi, angki serta teman-teman blogger Ngalam dan TPC. Moga-moga ketemu lagi dilain waktu. okokokok…..
Yang terkait:
Titian Muhibah JawaTimuran oleh Mas Iman
Jeng-jeng Bromo oleh Zam
Kick Bromo oleh Raden Mas Angki Bukaningrat
Meet and Greet oleh Anangku
nicowijaya flickr